Sahabat, setiap kebaikan sekcil apapun pasti akan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang setimpal bahkan akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat bahkan sampai 700 kali lipat. Akan tetapi bentuk balasan kebaikan itu tidak selamanya sesuai dengan keinginan kita tetapi Allahlah yang Maha Tahu bentuk balasan apa yang saat ini dan yang akan datang yang amat sangat kita butuhkan.
Maka konsisten dengan segala bentuk kebaikan adalah keberuntungan dan kebahagiaan, menghentikannya adalah awal sebuah penderitaan
Ini adalah kisah nyata seorang hamba Allah bernama Ibnu Jad'aan dengan kedermawanannya yang terjadi kira-kira seratus tahun yang lalu di Saudi Arabia.
Dia (Ibnu Jad'aan) mengatakan selama musim semi dia sering pergi keluar. Dia menemukan unta-untanya dalam keadaaan sehat dan baik. Unta-unta betina memiliki susu yang penuh seolah-olah memancar keluar sewaktu-waktu. Setiap kali seekor anak unta mendakati ibunya, air susu akan mengalir dengan melimpah dan penuh berkah.
Tatkala aku (Ibnu Jad'aan) melihat salah satu dari untaku dan anaknya, aku teringat tetanggaku yang miskin yang memiliki tujuh orang anak perempuan. Jadi aku berkata pada diriku, demi Allah aku akan memberikan unta ini dan anaknya sebagai sedekah kepada tetanggaku , karena aku teringat Firman Allah di dalam QS Al-Imran : 92.
لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَىۡءٍ۬ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ۬
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”
“Dan yang paling aku cintai diantara hewan ternakku adalah unta betina ini. Jadi aku membawanya dan mengetuk pintu tetanggaku. Aku berharap dia mau menerima sebagai sedekah dariku. Ku lihat wajahnya yang sendu menjadi ceria akan kebahagiaan datang dan tak mampu berkata apapun”.
Setelah itu tetangganya mendapatkan manfaat dari susunya, unta tersebut dapat pula membantunya bekerja membawa kayu, dan saat unta melahirkan anak, sebagian bisa dijualnya. Tetangga miskin itu mendapatkan berkah atas unta yang diberikan.
Musim semi berlalu, musim panas yang kering datang dan orang Badui mulai mencari air dan rumput. Kami mengumpulkan barang-barang kami dan meninggalkan tempat kami untuk mencari air dan masuk kedalam ”duhool” atau 'lubang' di bumi, yang terletak di bawah tanah dan mengarah ke sumber air di bawah tanah. Orang badui sangat mengenal baik tempat seperti ini.
Aku (yakni Ibnu Jad'aan) masuk ke dalam salah satu lubang untuk membawa air buat diminum. Ketiga putranya menunggunya di luar. Namun Ibnu Jad’aan tidak kembali. Mereka menunggunya satu, dua dan tiga hari dan akhirnya menjadi putus asa.
Mereka berfikir mungkin bapaknya telah mati digigit ular. Putranya tidak berusaha menolong (naadzubillah min dzalik), bahkan sebaliknya berusaha membagi warisan dengan serakah.
Lalu mereka pulang ke rumah dan membagi harta warisan. Mereka teringat bahwa sang ayah (Ibnu Jad'aan) memberikan unta betina ke tetangga miskin. Mereka beranjak ke tetangga tersebut dan mengatakan kepadanya untuk meminta kembali atau dengan diambil secara paksa.
Tetangga miskin itu sedih dan akan melaporkannya kepada Ibnu Jad’aan, tapi ketiga anaknya memberitahukan bahwa ia telah meninggal dan menceritakan kejadiannya.
Tetangga miskin itu berkata: "Demi Allah aku akan mencari tempat tersebut, ambillah unta betina ini dan lakukan apapun yang kamu mau dan aku tidak berharap untamu kembali kepadaku!"
Ketiga anak yang serakah ini membawa untanya pergi. Sepeninggal mereka, si tetangga miskin itu pergi berusaha melihat tempat lubang tersebut. Dengan membawa tali, menyalakan obor, dan kemudian ia melangkah masuk kedalamnya. Ia merayap namun terguling dan dalam keadaan gelap ia merasakan adanya uap air yang mendekat dan tiba-tiba dia mendengar suara seorang lelaki merintih dan mengerang.
Ia berusaha mencari ke arah suara tersebut dan tangannya menggapi tangan orang itu (Ibnu Jad'aan). Tetangga miskin itu memeriksa dan mendapatinya masih bernafas. Dipapahnya keluar dan diberikannya minuman.
Dia membawa ke rumahnya dengan digendong keatas punggungnya, sementara anak-anaknya tidak ada satupun yang tahu. Setelah pulih, dia kemudian bertanya kepada Ibnu Jad’aan: "Katakan kepadaku, demi Allah, selama seminggu kamu berada di bawah tanah tetapi tidak meninggal ”
"Saya akan ceritakan sesuatu yang aneh ..." Ibnu Jad’aan menjelaskan: "... ketika aku berada di dalam sana, aku tersesat, aku berkata : lebih baik aku tinggal dekat yang ada airnya sehingga aku bisa minum. Namun kelaparan tidak punya belas kasihan dan air sudah mulai habis. Lalu setelah tiga hari kelaparan, aku terbaring dan menyerah diri kepada Allah dan meletakkan semua urusan di tanganNya. Tiba-tiba aku merasakan kehangatan tuangan susu ke mulutku. Aku terduduk di tengah-tengah kegelapan dan aku melihat sebuah panci datang menghampiriku. Aku minum darinya dan kemudian ia pergi! Hal ini terjadi tiga kali dalam sehari, tetapi dua hari terakhir ini berhenti dan aku tidak tahu apa yang terjadi. "
Tetangganya kemudian memberitahukan kepadanya: "Jika anda tahu alasannya Anda pasti akan kagum! Putra anda berfikir bahwa anda telah meninggal dan mereka datang kepadaku dan untuk mengambil unta betina yang Allah (Subhaanahu Wa Ta'Aala) telah berikan susunya kepada Anda!"
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS: At Talaaq, 2-3) http://www.rumah-yatim-indonesia.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar