PROKLAMASI

PROKLAMASI
INDONESIA

Kamis, 02 September 2010

GRAZIE IL PRESIDENTE !!!

25 Agustus
Don Berlusconi sedang duduk dikantornya yang nyaman, pemandangan indah terbentang lewat jendela berbentuk kubah di belakang sofa kulitnya, sepoci teh mengepulkan asap tipis yang menghangatkan dan membuat tenang, namun semua rasa damai ditempat itu rupanya tidak juga mampu membuat sang Don merasa damai.

Beberapa saat kemudian lamunan Don disela oleh ketukan pintu lembut dan setelah Don mengijinkan tamunya untuk masuk hatinya menjadi sedikit lebih tenang, orang yang ditunggu-tunggunya telah datang tepat pada waktunya, rekan kerja sekaligus sahabat karibnya dan juga wakilnya yang paling setia masuk dengan setumpuk Map yang diapit dengan satu tangan. Jas hitam dan kemeja putih yang tidak dikancing sempurna dengan celana panjang linen hitam yang agak kedodoran membuat penampilan Mr.Galliani tidak keruan, bukan…bukan Jasnya, pikir Don… tapi raut wajahnya… tampangnya lah yang bermasalah.

Don Berlu: ah, Mr.Galliani…selalu tepat waktu!

Mr.Galliani: tentu saja, seperti biasanya (sambil tersenyum miris)

Don Berlu: tolong.. Mr.Galliani, silahkan duduk… santailah sejenak, muka murammu membuat tehku menjadi cepat dingin.

Mr.Galliani: (mengambil tempat didepan Don) bahkan muka muramku membuat Benicio (anjing pudelnya) menjadi tidak nafsu makan.

Don Berlu: (tertawa) leluconmu selalu menyelamatkan hariku, teman….

Don Berlu: Jadi… apa yang terjadi dengan wajahmu?

Mr.Galliani: (mendesah) masalah belakangan ini sepertinya membuatku rambutku semakin menipis.

Don Berlu: ah, kau sudah kehilangan rambutmu sejak lama dan bagiku kau lebih tampan tanpa rambut, tapi kurasa bukan masalah rambut yang ingin kau bahas denganku, ya kan? Dengan surat2 setebal kulkas kurasa ada masalah yang lebih pelik daripada masalah kebotakan.

Mr.Galliani: (tersenyum) kau selalu tahu apa yang terbaik untuk bawahanmu, Don.

Don Berlu: teman, Mr.Galliani… tidak ada bawahan di rumahku, semua adalah teman dan kerabat, kau tahu itu. (ia mengambil sebuah cerutu dari dalam kotak di mejanya)

Mr.Galliani: ya aku tahu, tapi aku khawatir kelambananku akhir2 ini membuatmu berubah pikiran, alu beruntung kau selalu baik kepadaku, kepada kami semua, Don. (sambil memberikan api untuk cerutu Don)

Mr.Galliani: baiklah, kurasa sebaiknya langsung saja, hari-hari sibukmu menjadi PM telah menguras semua tenaga dan pikiranmu. Seperti yang kau tahu, karena tampangku sekusut sarang burung maka aku akan menyampaikan berita buruk terlebih dahulu. (ia terdiam sebentar) El Presidente… Ultras memberikan kita Ultimatum, mereka mendesak agar Milan Dijual kepada pihak lain yang lebih mencintai Milan dan mampu memberikan Milan kekuatan dalam pembelian pemain.

Don Berlu: (ia meremas cerutunya lalu menaruhnya diasbak) mereka menyakiti hatiku dengan perkataan konyol itu, ultimatum? Bahkan mereka tidak tahu seperti apa posisiku disini, mereka juga tidak tahu betapa aku mencintai Milan seperti aku mencintai nyawaku sendiri, Milan adalah hidupku. Dan bagaimana aku harus menjual hidupku kepada orang lain?? (Don terdiam untuk menenangkan diri)

Don Berlu: apa tuntutan mereka?

Mr.Galliani: tentu saja pembelian besar,Don..

Don Berlu: Omong kosong! Milan sudah memiliki squad yang kuat, mereka sudah kompetitif!

Mr.Galliani: Aku setuju, kita bahkan merajai eropa belakangan ini, namun aku juga mempelajari fakta dua tahun belakangan ini, Media asing menyebutkan Milan adalah Tim ‘Singa Tua pesakitan’ aku percaya itulah yang terjadi, para pemain kita butuh regenerasi dan satu-dua pembelian bintang agar semua pemain menjadi lebih optimis, juga tentu saja membungkam protes para Ultras.

Don Berlu: (ia terdiam sejenak) kau sudah tahu posisiku Mr.Galliani… aku tidak bisa jor-joran membeli pemain ini-itu seperti beberapa tahun yang lalu, dunia, Italia saat ini sedang dalam krisis, katakanlah jika aku sekedar pengusaha Minyak atau Pemilik perusahaan Otomotif atau tidak sedang dalam posisiku saat ini, aku pasti akan membuat Inter terlihat seperti sekumpulan badut.

Mr.Galiani: Don Berlu.. untuk itulah hari ini aku meminta pertemuan mendadak denganmu, dan untuk itulah fungsiku sebagai Executive tim besar bisa kupertanggungjawabkan, dan untuk itulah aku juga membawakan berita baik hari ini… aku punya solusi (sambil tersenyum misterius).

Don Berlu: lanjutkan..(dan ia sendiripun melanjutkan hisapan cerutunya)

Mr.galliani: di dalam Map ini terdapat nama-nama pemain besar yang siap kita tampung, dan berdasarkan situasi serta kondisi, kita sudah berada dalam posisi yang tepat bahkan hampir mustahil kita akan gagal.

Don Berlu: sebutkan nama-nama besar itu?

Mr.Galliani: jika tidak keberatan Don ku.. aku akan menyebutkan dua nama saja yang lebih pasti dan juga lebih besar, tangkapan kali ini bukan sekedar ikan sarden, tapi paus.. (Menyeringai lebar)

Mr.Galliani: dua nama itu adalah Zlatan Ibrahimovic dan Robinho.

Don Berlu (tampak tenang) dua nama itu akan membuatku menjual semua harta-hartaku Mr.Gallianiku yang baik.

Mr.Galliani: bahkan kau tidak perlu menjual pemanggang rotimu, Don ku. Sudah kukatakan bahwa kita tepat berada di situasi yang menguntungkan..dan jangan lupa, aku adalah negosiator yang handal. (sambil tersenyum bangga)

Don Berlu: (kali ini mulai bergairah) bagaimana caranya?

Mr.Galliani: penawaran habis-habisan dan pemotongan gaji besar-besaran.

Don Berlu: bagaimana mungkin?

Mr.Galliani: Don Berlu, kau tahu siapa aku (sambil terkekeh) tidak ada yang mustahil.

Don Berlu: lalu bagaimana dengan dua penyerang anyar kita?

Mr.Galliani: maksudmu Borriello dan Huntelaar? Tentu saja mereka akan menyingkir dengan sendirinya, satu musim sudah mereka diberi kesempatan dan mereka menyia-nyiakannya. Aku agak khawatir dengan Hunterlaar, anak itu sebenarnya berbakat, namun mentalnya sudah jatuh habis ketika gagal di Real Madrid.

Don Berlu: Monster pembunuh (gumamnya)

Mr.Galliani: aku setuju… mereka juga membunuh salah satu pemain kesayangan kita, kini kurasa ayahnya menangis tersedu-sedu, menyesal karena memaksa kita untuk menjualnya dengan alasan keuangan. Anak itu mencintai Milan seperti Milan mencintainya, namun ia juga anak yang berbakti, sangat disayangkan ayahnya begitu mata duitan, Kau tidak apa-apa Don?

Don Berlu: tidak, aku tidak apa-apa, hanya sedikit mual membicarakan soal mereka.

Mr.Galliani: maaf Don, aku tidak bermaksud membuka luka lama, baiklah aku harap ini semua berjalan seperti biasanya, bisnis adalah bisnis, dan kita sudah melakukan hal-hal tepat untuk neraca keuangan serta mengatur semua kondisi, walaupun takdir membuat kita terpuruk dua tahun belakangan ini, oh aku rindu sekali dengan Leo.

Don Berlu: si pembangkang itu?

Mr.Galliani: dia manajer yang jenius.

Don Berlu: dia Cuma tukang tuntut.

Mr.Galliani: aku berharap ia bertahan lebih lama lagi.

Don Berlu: dan seperti yang kukatakan dulu… maka Mi (disela oleh Mr.Galliani)

Mr.Galliani: maka Milanisti akan lebih mencintai pelatihnya daripada presidennya…ya aku mengerti.

Don Berlu: aku Cuma tidak ingin bernasib sama seperti si jelek Moratti. Aku juga tidak mau tim ini seperti MU dimana pelatih lebih berkuasa daripada Presidennya sendiri, aku adalah Milan dan aku ingin dicintai oleh Milanisti sebagaimana mereka mencintai timku.

Mr.Galliani: dan dengan tanda tanganmu hari ini, maka Milanisti akan serta merta mencintaimu lagi (sambil menyodorkan dua surat)

Don Berlusconi menatap dua surat yang harus ditandatanganinya, dua surat yang akan merubah benci menjadi cinta lagi, dua surat yang akan membuat Milan tidak lagi diremehkan oleh tim lain, dua surat yang akan menambahkan lagi trophy-trophy di lemari Don, dua surat yang akan menyelamatkan karir dua pesepakbola, dua surat yang akan menjadi hadiah-hadiah paling bagus untuk seluruh Milanisti di seantero dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar