Nouve Rome, Constantinoupolis
atau Constantinopel adalah ibukota Byzantium. Kota ini dikelilingi oleh
tembok-tembok besar yang kokoh, disebut juga sebagai tembok
Konstantin.
Berbeda dengan Romawi, agama
resmi Byzantium adalah Nasrani. Setelah jatuhnya Romawi, kekaisaran
Byzantium menjadi pelindung bagi wilayah Eropa Barat dari orang-orang
Barbar, yaitu Bangsa Slavia Utara, Kaum Nomad di Rusia Selatan, para
penunggang kuda Kirghizia, dan Bangsa Hun. Namun ancaman utamanya
adalah Kekaisaran Ottoman.
Byzantium tercatat memiliki
120.000 pasukan terlatih regular disertai dengan sistem keamanan
berlapis. Yaitu melakukan peleburan provinsi-provinsi lama kedalam
provinsi baru yang disebut Themes. Setiap Themes dilengkapi dengan pusat
komando dan di pimpin oleh seorang panglima perang setingkat jenderal.
Angkatan Laut Byzantium senantiasa menjaga keamanan daerah pantai dan
laut. Mereka menyiagakan kapal tempur untuk berpatroli setiap saat.
Angkatan laut Byzantium menggunakan rantai-rantai besi sebagai
pertahanan wilayah ibukota mereka, dari serangan kapal musuh.
Mehmet II
Lahir
dengan nama Muhammad Al Fatih di Edirne, sebuah kota perbatasan antara
Yunani dan Bulgaria. Ia adalah keturunan dari Beyazid I. Ayahnya
seorang Sultan Kekaisaran Ottoman bernama Sultan Murad II, dan ibunya
Huma Hatun.
Kekaisaran Turki Ottoman
didirikan oleh bangsa keturunan mongol. Mereka berasal dari dinasti
Saljuk. Dengan kaisar pertamanya Beyazid I.
Selagi dalam kandungan, seorang
guru spiritual pernah mengatakan kepada Murad II, bahwa Tuhan telah
mentakdirkan anaknya sebagai penakluk Constantinopel. Hal ini membuat
Murad II semakin giat mengajarkan anaknya lmu perang, matematika,
agama, bahasa Arab, Persia dan Turki.
Pada usia 11 tahun, Al Fatih
hijrah dari Edirne menuju Amsya, bersamaan dengan meletusnya Perang
Salib antara pasukan Serbia-Hunggaria dengan Turki Ottoman. Dalam
pertempuran ini, Murad harus rela kehilangan Nis, Sofia, Wallachia dan
Varna berikut tahta kesultanannya. Secara otomatis, Al Fatih bergelar
Mehmet II menjadi sultan boneka bagi Eropa.
Perang Varna
Beberapa
tahun kemudian, Mehmed II membujuk ayahnya untuk kembali berperang.
Berbekal Pasukan Turki berjumlah 60.000 personil, lengkap dengan para
pemanah, pasukan berkuda dan kesatuan yanisari, mereka siap menyerang
pasukan Salib yang berjumlah 20.000 orang. Pasukan Salib merupakan
pasukan koalisi dari Hunggaria, Jerman, Bosnia, Kroasia, Serbia,
Bulgaria, Wallachia dan Ukarina, dipimpin oleh John Hunyadi.
Dalam perang ini, meskipun
kehilangan 20.000 prajuritnya Turki Ottoman tampil sebagai pemenang,
Sedangkan Pasukan Salib kehilangan 13.000 prajurit, berikut salah
seorang panglima terbaiknya, Vladislav (ayah dari Vlad Staples). Mehmet
II mempersilahkan ayahnya untuk kembali menjadi sultan.
Kemenangan ini mengangkat rasa
percaya diri prajurit Ottoman untuk menyerang Constantinopel. Mereka
merasa mendapat suntikan kekuatan baru, terkhusus bagi Mehmet II,
beliau semakin giat mempelajari ilmu pengetahuan dan strategi perang.
Setelah ayahnya mangkat. Ia naik tahta sebagai sultan untuk yang kedua
kalinya.
Strategi sebelum menaklukan Constantinopel
1. Mehmet II tidak mau melakukan
kesalahan seperti yang pernah dialami para pendahulunya. Ia banyak
mencari informasi mengenai kota tua Constantinopel di berbagai
literature. Sampai akhirnya ia menemukan satu mitos, rakyat
Constantinopel percaya, bahwa mereka dilindungi oleh kekuatan dari
bulan purnama.
2. Mendatangkan para ahli senjata dan logam untuk membuat Orban.
3. Menyiapkan 250.000 pasukan yang telah dilatih selama bertahun–tahun, dengan Pasukan Yanisari di garda depan.
4. Melakukan berbagai perjanjian
dengan Negara-negara lawan, agar tidak saling menyerang selama
pertempuran Turki Ottoman-Byzantium.
5.
Mehmet berpendapat, bahwa kota Rumeli yang terletak di selat Bosporus.
Antara asia dan Eropa merupakan tempat yang strategis untuk menyiapkan
pasukan. Terutama untuk pelayaran. Dengan menaklukan kota ini maka
akan sangat membantu untuk menaklukan Constantinopel.
Jalannya peperangan
6 April 1453: Mehmet II sampai
di pintu gerbang Constantinopel. Dia berorasi untuk membakar semangat
prajuritnya, bahwa kemenangan Ottoman tinggal selangkah lagi, dan di
sambut oleh teriak gemuruh dari para prajurit Ottoman. Sebaliknya
tentara Byzantium juga semakin memperkuat barisan.
7 April 1453: Mehmet II Membagi
angkatan daratnya menjadi tiga lapis. Garda depan adalah pasukan
infanteri dan yanisari. Sedangkan lapisan dua dan tiga adalah
pendukung. Sebagian mereka adalah pasukan artileri. Sementara Angkatan
Laut disiagakan sebanyak 400 kapal perang,dengan dengan Meriam
Orbannya.
Pertempuran akhirnya di mulai,
tapi pertahanan Constantinopel terlalu kuat untuk di tembus. Di Tanduk
Mas, kapal-kapal perang Ottoman mulai karam menabrak rantai-rantai besi
besi yang di pasang mengelilingi Constantinopel. Angkatan laut Ottoman
berusaha keras untuk mematahkan rantai-rantai tersebut, namun tidak
berhasil.
Situasi semakin buruk dengan
datangnya bala bantuan Byzantium dari angkatan laut Negara-negara Eropa
Barat. Angkatan laut Turki semakin terdesak, Mehmet II mengganti
Panglima Lautnya, Palta Oglu diganti oleh Laksamana Hamzah Pasha
18 April 1453: Turki ottoman
berhasil menghancurkan benteng pertahanan Constantinopel yang berada di
Lembah Lycos. Kaisar Constantin melakukan penawaran dengan memberikan
daerah-daerah jajahan lain kepada Turki sebagai ganti Constantinopel,
tapi Mehmet menolak, sebaliknya ia menawarkan perlindungan bagi seluruh
warga Byzantium, termasuk kepada Constantin sendiri.
Selama satu bulan penyerangan
belum ada hasil yang dicapai. Namun menjelang berakhirnya Bulan
Purnama, Sultan mendapat ide untuk menarik kapal-kapal perangnya ke
daratan.
Awalnya, ide ini dijalankan
setengah hati oleh para prajurit, mereka menganggap sultan mereka telah
gila karena tidak berhasil melakukan serangan laut. Namun sultan
menjelaskan, selama ini kekuatan prajurit Constantinopel berasal dari
keyakinan akan adanya “kekuatan bulan purnama”. Dan sekarang, bulan
purnama telah lewat. Kapal-kapal itu akan ditarik dengan menggunakan
kayu gelondongan dan minyak gorang sebagai rodanya.
Malam harinya, dengan diterangi
bintang-bintang, kapal-kapal itu berlayar di daratan melintasi lembah
dan bukit. Pagi harinya, 70 kapal perang yang tersisa telah berpindah
lokasi melintasi tanjung emas, Besiktas dan Galata.
Rakyat Byzantium yang
menyaksikan kapal-kapal yang berayar di daratan itu begitu terkejut,
mereka mengira itu karena bantuan jin atau setan, sebagian dari mereka
menggosok-gosok mata, mencubit pipi, untuk memastikan bahwa ini bukan
mimpi.
Bahkan seorang sastrawan
Yoilmaz Oztuna mengatakan “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar
hal ajaib seperti ini. Muhammad Al Fatih telah menukar darat menjadi
lautan dan melayarkan kapalnya dipuncak gunung. Bahkan usahanya ini
mengungguli apa yang pernah diilakukan oleh Alexander The Great”.
29 Mei 1453: Pasukan Turki
Ottoman melakukan serangan besar-besaran. Dengan dibantu pasukan dari
Anatolia. Melihat Serangan ini, Gustiniani, salah seorang Jendral
Byzantium menyarankan Constantin untuk mundur. Namun ia menolaknya,
malah melepas baju perang nya dan pergi bertempur bersama para
pasukannya, namun sampai akhir pertermpuran jasadnya tidak pernah
ditemukan.
Pasukan Ottoman berhasil masuk
benteng melalui pintu Edirne, kemudian Mehmet II berorasi di depan para
rakyat Consantinopel, bahwa ia akan menjamin keamanan seluruh warga
Constantine, termasuk harta, jabatan dan tempat peribadatan mereka.
=================================================================
Dalam artikel ini, saya sangat bersimpatik kepada Kaisar Constantine, karena ketaatannya dalam beragama dan berjiwa ksatria, disaat-saat terakhir kejayaannya ia memilih tidak menyerah dan ikut bertempur bersama para prajuritnya hingga titik darah penghabisan.
Juga kepada Mehmet II: Meskipun telah menaklukan wilayah Byzantium namun tetap melindungi warganya meskipun mereka berbeda keyakinan. Suatu hal yang jarang dilakukan oleh para penguasa-penguasa lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar