Ayah Dracula adalah seorang
panglima militer yang lebih sering berada di medan perang ketimbang di
rumah. Praktis Dracula hanya mengenal sosok sang Ibu, Cneajna, seorang
bangsawan dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang memberikan kasih
sayang dan pendidikan bagi Dracula. Namun itu tidak mencukupi untuk
menghadapi situasi mencekam di Wallachia saat itu. Pembantaian sudah
menjadi tontonan harian. Seorang raja yang semalam masih berkuasa, di
pagi hari kepalanya sudah diarak keliling kota oleh para pemberontak.
Pada usia 11 tahun, Dracula
bersama adiknya, Radu, dikirim ke Turki. Hal ini dilakukan sang Ayah
sebagai jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani yang telah
membantunya merebut tahta Wallachia dari tangan Janos Hunyadi. Selama
di Turki, kakak beradik ini memeluk agama Islam, bahkan mereka juga
sekolah di madrasah untuk belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang
tekun belajar, Dracula justru sering mencuri waktu untuk melihat
eksekusi hukuman mati di alun-alun. Begitu senangnya dia melihat
kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak. Sampai-sampai
sehari saja tidak ada hukuman mati, maka dia segera menangkap burung
atau tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai mati.
Dengan status muslimnya,
Dracula mempunyai kesempatan belajar kemiliteran pada para prajurit
Turki yang terkenal andal dalam berperang. Dalam waktu singkat dia bisa
menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi prajurit Turki
lainnya. Hal ini menarik perhatian Sultan Muhammad II ( di Eropa
disebut Sultan Mehmed II). Hingga pada tahun 1448 M, menyusul kematian
Ayah dan kakaknya, Mircea, yang dibunuh dalam kudeta yang diorganisir
Janos Hunyadi, Kerajaan Turki mengirim Dracula untuk merebut Wallachia
dari tangan salib Kerajaan Honggaria. Saat itu Dracula berusia 17
tahun.
Aksi Biadab Dracula
Dengan
bantuan Turki Dracula dapat merebut tahta Wallachia. Setelah itu,
sebagian besar pasukan kembali ke Turki dengan menyisakan sebagian kecil
di Wallachia. Tanpa pernah diduga, Dracula murtad dan berkhianat. Dia
menyatakan memisahkan diri dari Ke Khilafahan Turki. Para prajurit
Turki yang tersisa di Wallachia ditangkapi. Setelah beberapa hari
disekap di ruang bawah tanah, mereka diarak telanjang bulat menuju
tempat eksekusi di pinggir kota. Di tempat ini seluruh sisa prajurit
Turki dieksekusi dengan cara disula. Yakni dengan ditusuk duburnya
dengan balok runcing sebesar lengan, kemudian dipancangkan di tengah
lapangan.
hukuman sula
Dua bulan kemudian Janos
Hunyadi berhasil merebut tahta Wallachia dari tangan Dracula. Namun
pada tahun 1456 hingga 1462 Dracula kembali berkuasa di Wallachia. Masa
pemerintahannya kali ini adalah masa-masa teror yang sangat
mengerikan. Yang menjadi korban aksi sadisnya bukan hanya umat Islam
yang tinggal di Wallachia, tapi juga para tuan tanah dan rakyat
Wallachia yang beragama Khatolik.
Di hari Paskah tahun 1459,
Dracula mengumpulkan para bangsawan dan tuan tanah beserta keluarganya
di sebuah gereja dalam sebuah jamuan makan. Setelah semuanya selesai
makan, dia memerintahkan semua orang yang ada ditempat itu ditangkap.
Para bangsawan yang terlibat pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh
dengan cara disula. Sedang lainnya dijadikan budak pembangunan benteng
untuk kepentingan darurat di kota Poenari, di tepi sungai Agres.
Sejarawan Yunani, Chalcondyles, memperkirakan jumlah semua tahanan
mencapai 300 kepala keluarga. Terdiri dari laki-laki dan perempuan,
orang tua, bahkan anak-anak.
Aksi Dracula terhadap umat Islam
di Wallachia jauh lebih sadis lagi. Selama masa kekuasaannya, tak
kurang dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut sejumlah peristiwa
yang digunakan Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam:
Pembataian terhadap prajurit
Turki di ibu kota Wallachia, Tirgoviste. Ini terjadi pada awal
kedatangannya di sana, setelah mengumumkan perlawanannya terhadap
Khilafah utsmaniyah.
Pada 1456, Dracula membakar
hidup-hidup 400 pemuda Turki yang sedang menimba ilmu pengetahuan di
Wallachia. Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu diarak keliling kota
yang akhirnya masukkan ke dalam sebuah aula. Aula tersebut lalu
dibakar dengan ratusan pemuda Turki di dalamnya.
Aksi brutal lainnya, adalah
pembakaran para petani dan fakir miskin Muslim Wallachia pada acara
penobatan kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini dikumpulkan
dalam jamuan makan malam di salah satu ruangan istana. Tanpa sadar
mereka dikunci dari luar, kemudian ruangan itu dibakar.
Dendam Dracula terhadap Turki
dan Islam semakin menjadi. Untuk menyambut hari peringatan St.
Bartholome, 1459, dia memerintahkan pasukannya untuk menangkapi para
pedagang Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu sebulan terkumpullah
30 ribu pedagang Turki beserta keluarganya. Para pedagang yang ditawan
ditelanjangi lalu digiring menuju lapangan penyulaan. Lalu mereka
disula satu persatu.
Aksi kejam lainnya adalah
dengan menyebar virus penyakit mematikan ke wilayah-wilayah yang
didiami kaum Muslimin. Dia juga memerintahkan pasukannya meracuni Sungai
Danube. Ini adalah taktik Dracula untuk membunuh pasukan Khilafah
utsmaniyah yang membangun kubu pertahanan di selatan Sungai Danube.
Pada 1462 M, Khalifah utsmani,
Muhammad II mengirim 60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula hidup atau
mati. Pemimpin pasukan adalah Radu, adik kandung Dracula. Mengetahui
rencana serangan ini, Dracula menyiapkan aksi terkejamnya untuk
menyambut pasukan Turki.
Khalifah utsmani, Muhammad II
Sepekan sebelum penyerangan,
dia memerintahkan pasukannya untuk memburu seluruh umat Islam yang
tersisa di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu umat Islam yang terdiri
dari pasukan Turki yang tertawan, para petani, dan rakyat lainnya.
Selama empat hari mereka digiring dengan telanjang bulat dari
Tirgoviste menuju tepi Sungai Danube. Dua hari sebelum pertempuran, para
tawanan disula secara masal di sebuah tanah lapang. Mayat-mayat
tersula tersebut kemudian diseret menuju tepi sungai. Lalu dipancang di
kiri dan kanan jalan, yang membentang sejauh 10 km untuk menyambut
pasukan Turki.
Pemandangan mengerikan ini
hampir membuat pasukan Turki turun mental. Namun semangat mereka
kembali bangkit saat melihat sang Sultan begitu berani menerjang musuh.
Mereka terus merangsek maju, mendesak pasukan Dracula melewati
Tirgoviste hingga ke Benteng Poenari.
Pasukan Turki yang dipimpin
Radu berhasil mengepung Benteng Poenari. Merasa terdesak, isteri
Dracula memilih bunuh diri dengan terjun dari salah satu menara
benteng. Sedang Dracula melarikan diri ke Honggaria melalui lorong
rahasia. Hingga tahun 1475 M Wallachia dikuasai oleh Khilafah Turki
Utsmaniyah, sebelum akhirnya direbut kembali oleh Dracula yang disokong
pasukan salib dari Transylvania dan Moldavia.
Khalifah utsmani, Muhammad II saat berhasil merebut kembali kota Konstantinopel
Dracula tewas dalam pertempuran
melawan pasukan Turki pimpinan Sultan Muhammad II di tepi Danau
Snagov, pada Desember 1476. Kepala Dracula dipenggal, kemudian dibawa
ke Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada rakyat Turki. Sedang
badannya dikuburkan di Biara Snagov oleh para biarawan.
Selain melalui cerita
turun-temurun rakyat Rumania, bukti-bukti sejarah terkait riwayat kelam
Drakula juga tercatat dengan baik di sejumlah pamflet yang beredar di
Jerman dan Rusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar