PROKLAMASI

PROKLAMASI
INDONESIA

Kamis, 08 September 2011

Sejarah Batik Indonesia

Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya.

Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.

Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.

Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.

Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.

Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.

Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.

Jaman Penyebaran Islam
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.

Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.

Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.

Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.

Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.

Batik Solo dan Yogyakarta

Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagamgan.

Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.

Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan raj any a Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah didesa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton.

Akibat dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainy a. Meluasny a daerah pembatikan ini sampai kedaerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu.

Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.

Ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.

Perkembangan Batik di Kota-kota lain
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menet-ap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.

Lama kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik. .

Sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari Yogyakarta dan Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo.

Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro dan banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo karena tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu membawa pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian.

Corak batik di daerah baru ini disesuaikan pula dengan keadaan daerah sekitarnya. Pekalongan khususnya dilihat dari proses dan designya banyak dipengaruhi oleh batik dari Demak. Sampai awal abad ke-XX proses pembatikan yang dikenal ialah batik tulis dengan bahan morinya buatan dalam negeri dan juga sebagian import. Setelah perang dunia kesatu baru dikenal pembikinan batik cap dan pemakaian obat-obat luar negeri buatan Jerman dan Inggris.

Pada awal abad ke-20 pertama kali dikenal di Pekajangan ialah pertenunan yang menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana. Beberapa tahun belakangan baru dikenal pembatikan yang dikerjakan oleh orang-orang yang bekerja disektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan pembatikan lebih pesat dari pertenunan stagen dan pernah buruh-buruh pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto lari ke perusahaan-perusahaan batik, karena upahnya lebih tinggi dari pabrik gula.

Sedang pembatikan dikenal di Tegal akhir abad ke-XIX dan bahwa yang dipakai waktu itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan: pace/mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian meningkat menjadi warna merah-biru. Pasaran batik Tegal waktu itu sudah keluar daerah antara lain Jawa Barat dibawa sendiri oleh pengusaha-pengusaha secara jalan kaki dan mereka inilah menurut sejarah yang mengembangkan batik di Tasik dan Ciamis disamping pendatang-pendatang lainnya dari kota-kota batik Jawa Tengah.

Pada awal abad ke-XX sudah dikenal mori import dan obat-obat import baru dikenal sesudah perang dunia kesatu. Pengusaha-pengusaha batik di Tegal kebanyakan lemah dalam permodalan dan bahan baku didapat dari Pekalongan dan dengan kredit dan batiknya dijual pada Cina yang memberikan kredit bahan baku tersebut. Waktu krisis ekonomi pembatik-pembatik Tegal ikut lesu dan baru giat kembali sekitar tahun 1934 sampai permulaan perang dunia kedua. Waktu Jepang masuk kegiatan pembatikan mati lagi.

Demikian pila sejarah pembatikan di Purworejo bersamaan adanya dengan pembatikan di Kebumen yaitu berasal dari Yogyakarta sekitar abad ke-XI. Pekembangan kerajinan batik di Purworejo dibandingkan dengan di Kebumen lebih cepat di Kebumen. Produksinya sama pula dengan Yogya dan daerah Banyumas lainnya.

Sedangkan di daerah Bayat, Kecamatan Tembayat Kebumen-Klaten yang letaknya lebih kurang 21 Km sebelah Timur kota Klaten. Daerah Bayat ini adalah desa yang terletak dikaki gunung tetapi tanahnya gersang dan minus. Daerah ini termasuk lingkungan Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Klaten dan riwayat pembatikan disini sudah pasti erat hubungannya dengan sejarah kerajaan kraton Surakarta masa dahulu. Desa Bayat ini sekarang ada pertilasan yang dapat dikunjungi oleh penduduknya dalam waktu-waktu tertentu yaitu “makam Sunan Bayat” di atas gunung Jabarkat. Jadi pembatikan didesa Bayat ini sudah ada sejak zaman kerjaan dahulu. Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan dan buruh batik di Solo.

Sementara pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-XIX yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah Islam antara lain yang dikenal ialah: PenghuluNusjaf. Beliau inilah yang mengembangkan batik di Kebumen dan tempat pertama menetap ialah sebelah Timur Kali Lukolo sekarang dan juga ada peninggalan masjid atas usaha beliau. Proses batik pertama di Kebumen dinamakan teng-abang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan di Banyumas/Solo. Sekitar awal abad ke-XX untuk membuat polanya dipergunakan kunir yang capnya terbuat dari kayu. Motif-motif Kebumen ialah: pohon-pohon, burung-burungan. Bahan-bahan lainnya yang dipergunakan ialah pohon pace, kemudu dan nila tom.

Pemakaian obat-obat import di Kebumen dikenal sekitar tahun 1920 yang diperkenalkan oleh pegawai Bank Rakyat Indonesia yang akhimya meninggalkan bahan-bahan bikinan sendiri, karena menghemat waktu. Pemakaian cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta. Daerah pembatikan di Kebumen ialah didesa: Watugarut, Tanurekso yang banyak dan ada beberapa desa lainnya.

Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-tuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan dikerja-kan ialah: Wurug terkenal dengan batik kerajinannya, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan Tasikmalaya kota.

Dahulu pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa Sukapura, Indihiang yang terletak dipinggir kota Tasikmalaya sekarang. Kira-kira akhir abad ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Ba-nyumas dan Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini, dikenallah selanjutnya pembutan baik memakai soga yang asalnya dari Jawa Tengah. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna.

Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.

Motif batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan. Sampai awal-awal abad ke-XX pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Sedang di daerah Cirebon batik ada kaintannya dengan kerajaan yang ada di aerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuahn dan Keprabonan. Sumber utama batik Cirebon, kasusnya sama seperti yang di Yogyakarta dan Solo. Batik muncul lingkungan kraton, dan dibawa keluar oleh abdi dalem yang bertempat tinggal di luar kraton. Raja-raja jaman dulu senang dengan lukisan-lukisan dan sebelum dikenal benang katun, lukisan itu ditempatkan pada daun lontar. Hal itu terjadi sekitar abad ke-XIII. Ini ada kaitannya dengan corak-corak batik di atas tenunan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina. Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo.

Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerah-daerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat Tanah Abang yaitu: Karet, Bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran Lama, dan daerah Mampang Prapatan serta Tebet.

Jakarta sejak zaman sebelum perang dunia kesatu telah menjadi pusat perdagangan antar daerah Indonesia dengan pelabuhannya Pasar Ikan sekarang. Setelah perang dunia kesatu selesai, dimana proses pembatikan cap mulai dikenal, produksi batik meningkat dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Daerah pasaran untuk tekstil dan batik di Jakarta yang terkenal ialah: Tanah Abang, Jatinegara dan Jakarta Kota, yang terbesar ialah Pasar Tanah Abang sejak dari dahulu sampai sekarang. Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah Abang dan dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-pedagang batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan kecil.

Oleh karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Jakarta khususnya Tanah Abang, dan juga bahan-bahan baku batik diperdagangkan ditempat yang sama, maka timbul pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan batik di Jakarta dan tempatnya ialah berdekatan dengan Tanah Abang. Pengusaha-pengusaha batik yang muncul sesudah perang dunia kesatu, terdiri dari bangsa cina, dan buruh-buruh batiknya didatangkan dari daerah-daerah pembatikan Pekalongan, Yogya, Solo dan lain-lain. Selain dari buruh batik luar Jakarta itu, maka diambil pula tenaga-tenaga setempat disekitar daerah pembatikan sebagai pembantunya. Berikutnya, melihat perkembangan pembatikan ini membawa lapangan kerja baru, maka penduduk asli daerah tersebut juga membuka perusahaan-perusahaan batik. Motif dan proses batik Jakarta sesuai dengan asal buruhnya didatangkan yaitu: Pekalongan, Yogya, Solo dan Banyumas.

Bahan-bahan baku batik yang dipergunakan ialah hasil tenunan sendiri dan obat-obatnya hasil ramuan sendiri dari bahan-bahan kayu mengkudu, pace, kunyit dan sebagainya. Batik Jakarta sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya warnanya sama dengan batik Banyumas. Sebelum perang dunia kesatu bahan-bahan baku cambric sudah dikenal dan pemasaran hasil produksinya di Pasar Tanah Abang dan daerah sekitar Jakarta.

Pembatikan di Luar Jawa
Dari Jakarta, yang menjadi tujuan pedagang-pedagang di luar Jawa, maka batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa berkembang didaerah ini.

Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia kesatu, terutama batik-batik produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta Yogya. Di Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan yang terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”. Pembatikan mulai berkembang di Padang setelah pendudukan Jepang, dimana sejak putusnya hubungan antara Sumatera dengan Jawa waktu pendudukan Jepang, maka persediaan-persediaan batik yang ada pada pedagang-pedagang batik sudah habis dan konsumen perlu batik untuk pakaian sehari-hari mereka. Ditambah lagi setelah kemerdekaan Indonesia, dimana hubungan antara kedua pulau bertambah sukar, akibat blokade-blokade Belanda, maka pedagang-pedagang batik yang biasa hubungan dengan pulau Jawa mencari jalan untuk membuat batik sendiri.

Dengan hasil karya sendiri dan penelitian yang seksama, dari batik-batik yang dibuat di Jawa, maka ditirulah pembuatan pola-polanya dan ditrapkan pada kayu sebagai alat cap. Obat-obat batik yang dipakai juga hasil buatan sendiri yaitu dari tumbuh-tumbuhan seperti mengkudu, kunyit, gambir, damar dan sebagainya. Bahan kain putihnya diambilkan dari kain putih bekas dan hasil tenun tangan. Perusahaan batik pertama muncul yaitu daerah Sampan Kabupaten Padang Pariaman tahun 1946 antara lain: Bagindo Idris, Sidi Ali, Sidi Zakaria, Sutan Salim, Sutan Sjamsudin dan di Payakumbuh tahun 1948 Sdr. Waslim (asal Pekalongan) dan Sutan Razab. Setelah daerah Padang serta kota-kota lainnya menjadi daerah pendudukan tahun 1949, banyak pedagang-pedagang batik membuka perusahaan-perusahaan/bengkel batik dengan bahannya didapat dari Singapore melalui pelabuhan Padang dan Pakanbaru. Tetapi pedagang-pedagang batik ini setelah ada hubungan terbuka dengan pulau Jawa, kembali berdagang dan perusahaanny a mati.

Warna dari batik Padang kebanyakan hitam, kuning dan merah ungu serta polanya Banyumasan, Indramajunan, Solo dan Yogya. Sekarang batik produksi Padang lebih maju lagi tetapi tetap masih jauh dari produksi-produksi dipulau Jawa ini. Alat untuk cap sekarang telah dibuat dari tembaga dan produksinya kebanyakan sarung.

Sir Alex Ferguson : Arrigo Sacchi, Bapak Revolusi Sepakbola Italia

Alberto Paloschi Masih Idamkan AC Milan

Bookmark and Share MILAN - lberto Paloschi tidak serta-merta memadamkan ambisi berseragam AC Milan meski bergabung dengan Chievo Verona musim ini. 
Paloschi datang dengan status pinjaman di Chievo, meneruskan kiprah yang sama saat dikirim Milan ke Parma dan Genoa musim lalu. Suatu saat kelak, Paloschi bertekad kembali ke Milanello dan menjadi andalan tim.  
"Saya berterima kasih kepada Chievo yang memberi saya kesempatan untuk bermain mengisi waktu yang terbuang," ujarnya dilansir Football Italia
"Musim depan saya akan berjuang kembali ke San Siro. Semua orang berharap mengenakan seragam Rossoneri dan saya sudah bermain di tim itu, jadi masa depan saya tetap bersama Milan." Paloschi sudah menjadi andalan timnas Italia U-21 dan dianggap sebagai penerus kiprah Filippo Inzaghi.

Unggul Jauh, Milan Diprediksi Juara Lagi

Bookmark and Share 
 MILAN - Pelatih tim muda AC Milan, Stefano Eranio, meyakini klubnya akan mampu mempertahankan scudetto pada musim ini. Eranio menilai Rossoneri unggul cukup jauh atas rival-rivalnya di Seri A. 
Hal ini diungkapkan oleh Eranio dalam sesi wawancara dengan detikSport di sela-sela persiapan pertandingan AC Milan Glorie di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Minggu (4/9/2011). Pria 44 tahun ini optimistis Milan makin solid, khususnya karena datangnya sejumlah amunisi anyar. 
"Saya pikir, musim ini juga masih akan sama karena Milan mendatangkan beberapa pemain baru, salah satunya (Alberto) Aquilani yang saya pikir adalah pemain yang bagus, dan itu akan memberikan kekuatan tambahan kepada tim," katanya. "Sementara itu, Inter Milan kehilangan beberapa kekuatannya karena (Samuel) Eto'o hengkang dan sulit untuk menggantikannya. 
Mereka memang mendapatkan Diego Forlan, seorang pemain yang bagus juga, tetapi masih sulit untuk menggantikan Eto'o," lanjut Eranio. Eranio memandang kesenjangan kekuatan antara klubnya dengan tim-tim lain cukup jauh. Hal ini membuat kans Milan jadi kampiun Seri A lagi makin besar. "Ada beberapa tim yang bagus di kompetisi Italia, tapi saya pikir jarak Milan dengan tim-tim lain terlalu besar. 
Tapi, sepakbola adalah sebuah hal yang unik, Anda tidak bisa menebak hasil atau apa yang akan terjadi, entah itu ketika melawan Napoli atau Inter, apalagi mereka masih memiliki beberapa pemain bagus. Namun, saya pikir, Milan akan menjadi juara lagi musim ini," yakinnya. "Saya tidak berpikir Inter akan menjadi saingan terberat karena (Massimo) Moratti masih harus mengatur mereka dari beberapa masalah. 
Mereka juga punya pelatih baru, yang mana merupakan pelatih yang bagus--(Gian Piero) Gasperini melatih dengan sangat baik di Genoa--, tapi mereka mengubah beberapa struktur dan harus membiasakan diri," beber Eranio. 
"Kalau mungkin dulu mereka bermain dengan empat bek, kini mereka harus bermain dengan tiga bek. Jadi, tidak mudah untuk mengubah kebiasaan seperti itu. Tapi, kita lihat saja nanti. Mereka masih punya beberapa pemain bagus di dalam tim mereka. Maicon kini sudah kembali dari cedera dan (Welsey) Sneijder, yang mana merupakan salah satu pemain terbaik di dunia, sudah mengatakan dia ingin tetap di Inter," pungkasnya.

Manajer Manchester United Sir Alex Ferguson menyebut mantan pelatih AC Milan dan timnas Italia, Arrigo Sacchi, telah melakukan sebuah revolusi penting dalam sejarah sepakbola Italia.

Menurut Fergie, Sacchi telah melakukan sebuah revolusi yang membuat sepakbola Italia menjadi lebih baik.

"Sacchi telah mengubah gaya sepakbola Italia. Ia mengubah Catenaccio melalui permainan dengan tekanan tinggi. Maldini diminta maju ke depan melalui sayap," ujar Fergie dikutip Tribalfootball.

"Itu merupakan perubahan mentalitas. Dan, itu juga sama dengan klub-klub yang ditangani Fabio Capello."

"Mentalitas Italia adalah menyerang dengan hati-hati. Tiba-tiba, tidak ada Catenaccio, tapi dengan empat bek, mereka bisa menyerang tanpa menunggu melakukan serangan balik."

"Itu merupakan perubahan yang luar biasa."

Legenda ACMILAN Sumbang Korban Bencana

VIVAnews - 20 mantan punggawa AC Milan yang tergabung dalam Milan Glories akan menggelar laga amal melawan Indonesian Legend di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu 4 September 2011. Berikut adalah sejumlah profil legenda I Rossoneri yang akan tampil di laga amal tersebut.

Mantan pemain AC Milan menunjukkan kepeduliannya terhadap Indonesia dengan menggelar laga amal. Laga yang bertajuk 'Asian Disaster Relief Tour 2011' ini akan digelar di Stadion Gelora Bung Karno.

Dalam laga nanti, 20 mantan punggawa I Rossoneri lintas jaman akan menghadapi Indonesian Legend yang terdiri dari sejumlah mantan andalan tim nasional Indonesia. Sebagian dari hasil penjualan tiket akan disumbangkan kepada Yayasan Nahdlatul Ulama.

Berikut profil sejumlah mantan punggawa AC Milan yang akan tampil di SUGBK:

Nelson DidaPemain bernama lengkap Nelson De jesus Silva ini telah mengenakan seragam AC Milan sejak 2000. Selama 10 tahun, Dida menjadi andalan menjaga gawang I Diavolo Rosso. Total 8 gelar yang telah dikoleksi kiper asal Brasil ini bersama Milan. Namun di tahun 2010, ia kalah bersaing dengan kiper kedua, Christian Abbiati. Sejak dilepas Milan, status Dida hingga kini adalah free agent.

Alessandro CostacurtaSosok pria yang saat ini berusia 45 tahun ini tentu tidak asing bagi Milanisti. Di era 90-an, Costacurta menjadi satu dari empat benteng tangguh lini pertahanan AC Milan bersama Franco Baresi, Paolo Maldini dan Mauro Tassoti. Selama 21 tahun kariernya bersama AC Milan, pria yang akrab disapa Billy ini telah melakoni 458 pertandingan berseragam I Rossonerri. Costacurta pensiun dari AC Milan pada tahun 2007 saat 41 tahun.

Franco BaresiPria kelahiran Travigliato 51 tahun yang lalu menjadi salah satu bek terhebat yang pernah dimiliki AC Milan. Meski hanya memiliki postur 179 cm, Baresi mampu menjadi salah satu pemain belakang yang ditakuti di dunia. Ban kapten AC Milan pun identik lekat di lengannya karena kemampuannya memimpin rekan-rekan di lapangan. Selama 20 tahun karirnya bersama AC Milan(1977-1997), Baresi telah melakoni 719 pertandingan dengan koleksi 33 gol dan 21 gelar klub. Atas loyalitasnya, AC Milan mengganjar Baresi dengan memuseumkan nomor punggung 6.

SerginhoMantan pemain bernama lengkap Sergio Claudio Dos Santos menjadi andalan Setan Merah di posisi bek kiri. Perannya pun tidak tergantikan selama delapan tahun karirnya bersama AC Milan. Serginho mendapat julukan Il Concorde karena kecepatannya dalam menyisir sisi kiri lapangan saat melakukan serangan. Bersama AC Milan (1999-2008), Serginho meraih 7 gelar domestik dan Internasional.

Pietro VierchowodPemain kelahiran Calcinate ini menjadi salah satu bek tangguh asal Italia yang menjadi momok menakutkan bagi para striker lawan. Striker legendaris Inggris, Gary Lineker, mengaku Vierchowod merupakan bek tersulit yang pernah ia hadapi. Sementara itu, legenda Argentina Diego Maradonna menganggap Vierchowod seperti binatang buas yang terus meredam pergerakan striker lawan. Vierchowod sendiri membela AC Milan hanya semusim, yaitu di jelang akhir karirnya sebagai pesepakbola, tepatnya di musim 1996-1997. Pemain yang berjuluk Tsar ini pun hanya mengkoleksi 16 laga bersama AC Milan.

Danielle MassaroMantan striker kelahiran Monza 50 tahun lalu ini merupakan bagian dari skuad Timnas Italia kala meraih gelar Piala Dunia 1982.  Untuk tingkat klub, sedikitnya 13 gelar domestik dan internasional telah ia rengkuh bersama AC Milan. Keahliannya mencetak gol dibuktikan kala dirinya berhasil membobol dua dari empat gol kemenangan AC Milan kala melawan Barcelona di Final Liga Champions 1994. Ia pun menjadi pencetak gol terbanyak Serie A di musim 1993-1994 sekaligus menghantarkan AC Milan merebut Scudetto.

Jean Pierre PapinMantan pemain asal Boulogne, Prancis, ini hanya membela AC Milan selama tiga musim (1992-1994) dengan 40 penampilan dan koleksi 18 gol. Nilai transfer Papin ke AC Milan kala itu menjadi rekor dunia. Pihak AC Milan harus membayar 10 juta pound kepada Marseille untuk memboyong Papin ke San Siro. Bersama AC Milan, papin rengkuh dua gelar Serie A dan satu gelar Liga Champions. 

Maurizio GanzMaurizio Ganz berlabuh ke AC Milan dari Inter Milan pada musim 1997 dan bertahan 4 tahun di San Siro. Ganz kerap dibangkucadangkan oleh pelatih AC Milan saat itu, Alberto Zacheronni, karena kalah bersaing dengan striker Setan Merah lainnya, seperti Oliver Bierhoff, George Weah dan Andri Shevchenko. Selama empat tahun di San Siro, Ganz 40 kali mengenakan seragam AC Milan dan berhasil membukukan 19 gol serta merengkuh satu gelar Scudetto di tahun 1999.

Selain delapan pemain yang telah disebutkan di atas, sejumlah mantan punggawa AC Milan lainnya juga akan turut memeriahkan laga amal ini. Seperti kiper Massimo Taibi, Roque Junior, Roberto Lorenzini, Roberto Mussi, Stefano Nava, Angelo Carbone, Christian Lantignotti, Diego Fuser, Gianluigi Lentini, Mario Bortolazzi dan Stefano Eranio.

Legenda ACMILAN sumbang NU
VIVAnews - Legenda AC Milan akan menjalani laga amal melawan mantan pemain tim nasional Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu, 4 September 2011. Sebagian besar hasil penjualan tiket akan disumbangkan untuk Yayasan Nahdlatul Ulama (NU).
Panitia menyediakan 40 ribu tiket untuk laga yang merupakan rangkaian tur amal "Asian Disaster Relief Tour 2011". Masing-masing dibagi dalam beberapa kategori, yakni VIP Barat, VIP Timur, kategori 1, kategori 2, dan kategori 3.

"Yang disumbangkan senilai 50 ribu euro (Rp606 juta) kepada Yayasan Nahdlatul Ulama," kata Arris kepada VIVAnews.com di Jakarta, Sabtu 3 September 2011.

Sebanyak 20 legenda Milan dari berbagai generasi akan tiba di Jakarta, malam ini. Sebelumnya, Franco Baresi dan kawan-kawan yang tergabung dalam tim AC Milan Glorie mendapat kesempatan untuk berlibur di Bali, selama dua hari.

"Dijadwalkan 20 legenda Milan ini akan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, hari ini pukul 21.25 WIB, setelah sebelumnya menghabiskan liburan selama dua hari di Bali," pungkas Arris. (art)

Massaro : Terima Kasih INDONESIA !

VIVAnews - Legenda AC Milan, Daniele Massaro, mengucapkan terima kasih atas sambutan masyarakat Indonesia terhadap Milan Glorie. Massaro juga mengungkapkan keyakinannya terhadap kemajuan sepakbola Indonesia.

"Terima kasih Indonesia atas sambutannya. Saya berharap kehadiran kami di sini bisa memberi manfaat bagi masyarakat karena ini merupakan pertandingan amal. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih,” ungkap Massaro usai laga amal Milan Glorie melawan Indonesian Legend.

Milan Glorie, yang berisikan legenda-legenda AC Milan, sukses melumat Indonesian Legend 5-1 pada laga amal yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu 4 Agustus 2011. Sebagian besar hasil penjualan tiket akan disumbangkan untuk Yayasan Nahdlatul Ulama (NU).

Salah satu gol Milan Glorie pada laga tersebut dicetak oleh kiper Nelson Dida melalui sundulan. Massaro menegaskan mantan kiper tim nasional Brasil itu senang bisa ikut mencetak gol.

"Bagi seorang penjaga gawang, bisa mencetak gol tentunya sesuatu yang berbeda. Dia (Dida) merasa sangat senang usai mencetak gol," papar Massaro.

Meski baru beberapa kali mengunjungi Indonesia, Massaro ternyata mengikuti perkembangan sepakbola Indonesia, termasuk ketika tim Merah Putih dikalahkan Iran 3-0 pada Putaran III Pra Piala Dunia 2014.

"Saya rasa sedikit demi sedikit sepakbola Indonesia bisa berkembang dengan berbagai pengalaman dan juga taktik yang semakin baik. Indonesia hanya kurang beruntung saat kalah dari Iran di Pra Piala Dunia. Indonesia memiliki kesempatan besar untuk lolos dari babak kualifikasi Piala Dunia," pungkas Massaro.

Rabu, 07 September 2011

Pesawat Tempur Pertama Buatan Indonesia

jet tempur indonesia
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan, Indonesia menjajaki pengembangan pesawat tempur generasi 4,5. “Kalau F-16 itu generasi ke 4, kalau F-35 buatan Amerika itu generasi 5, ini ditengah-tengahnya, Sukhoi itu masih generasi 4,” katanya di sela perhelatan Bandung Air Show.

Proyek pembuatan
Pesawat jet tempur KFX sendiri sebetulnya merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang. Proyek ini digagas presiden Korea Kim Dae Jung pada bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger. Dibandingkan F-16, KFX diproyeksi untuk memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistim avionic yang lebih baik serta kemampuan anti radar (stealth).

Pemerintah Korea akan menanggung 60 persen biaya pengembangan pesawat, sejumlah industri dirgantara negara itu di antaranya Korean Aerospace Industry menanggung 20 persennya .pemerintah Indonesia 20 persen dan akan memperoleh 50 pesawat yang mempunyai kemampuan tempur melebih F-16 ini dan 100 pesawat untuk korea. Total biaya pengembangan selama 10 tahun untuk membuat prototype pesawat itu diperkirakan menghabiskan dana 6 miliar US Dollar.Pemerintah Indonesia akan menyiapkan dana US$ 1,2 miliar.

Penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara Indonesia-Korsel itu sudah dilakukan pada 15 Juli 2010 yang lalu di Seoul-Korea Selatan.diharapkan pada tahun 2020 Sudah Ada Regenerasi Pesawat Tempur untuk kedua pihak

Berikut Spesifikasinya:

KFX Spec:
Crew: 1
Thrust: about 52,000lbs (F414 class x 2)
Max Speed: about Mach 1.8
Armament:
M61 Vulcan
AIM-9X class short-range AAM(AIM-9X class) (indigenous, under development)
AIM-120 class beyond visual range AAM (not specified yet)
500lbs SDB class guided bomb|KGGB (indigenous)
JCM class guided short range AGM (indigenous, under development)
SSM-760K Haeseong ASM (indigenous)
Boramae ALCM (indigenous, under development), or Taurus class ALCM
supersonic ALCM (based on Yakhont technology) (indigenous, under development)
Desain


[Image: 20070926085910c089d.jpg]

Mengapa PT DI tidak membuat sendiri

Membuat pesawat tempur jauh lebih kompleks dari pada membuat pesawat penumpang karena ada tambahan sistem dalam sebuah pesawat tempur yaitu sistem kontrol senjata pada sistem avioniknya, disamping sistem mesin pendorong, sistem radar, dan struktur pesawat yang harus dirancang lebih kuat namun tetap lincah bermanuver di udara. Pesawat tempur KFX ini dirancang untuk masuk dalam kelompok pesawat tempur generasi 4,5 yang berarti harus mempunyai 6 kemampuan yaitu

kemampuan pesawat tempur untuk melakukan manuver ekstrim agar mendapat posisi serang paling menguntungkan (Air Combat Manuverability).
Pesawat tempur harus bisa terbang lincah sehingga harus menggunakan teknologi fly by wire untuk kontrol penerbangannya.
Penggunaan teknologi trust vectoring nozzles yang mampu mengubah-ubah arah semburan gas buang mesin jet agar pesawat tempur mempunyai kemampuan terbang dalam kecepatan rendah dan mampu melakukan belokan tajam.
Kemampuan untuk terbang jelajah pada kecepatan supersonik dalam waktu yang lama.
Radar pesawat tempur berkemampuan menjejak target diluar batas cakrawala atau beyond visual range
Kemampuan menyerap dan membiaskan pancaran radar atau teknologi stealth

Jadi bisa dibayangkan seandainya PT. Dirgantara Indonesia dilibatkan dalam pembuatan pesawat tempur ini maka akan ada penguasaan teknologi kedirgantaraan baru paling tidak untuk pembuatan 50 pesawat tempur KFX yang akan dibeli Pemerintah Indonesia nantinya dari keikutsertaannya membiayai proyek ini. Penguasaan teknologi baru di bidang pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 ini dapat menjadi modal dasar bagi PT. Dirgantara Indonesia untuk membuat pesawat tempur sendiri kelak dikemudian hari.

Jadi untuk teknologi PT DI memang belum mampu untuk membuat secara mandiri. Selain ini butuh modal besar untuk melakukan riset sendiri namun jika besama korea maka teknologi kita akan dapatkan dengan sendirinya dan kelak dapat dikembangkan lagin untuk membuat pesawat tempur ciptaan sendiri.