PROKLAMASI

PROKLAMASI
INDONESIA

Senin, 15 Maret 2010

SEPUTAR PAOLO MALDINI

SEPULUH MOMENT TERBAIK PAOLO MALDINI

MILAN - Legenda AC Milan Paolo Maldini meninggalkan sepakbola dengan cara yang luar biasa. Paolo Maldini menorehkan banyak prestasi, baik di level klub maupun tim nasional. Dari semua yang sudah dicatatnya, kami rangkumkan sepuluh momen terbaik dalam karirnya.

10. Debut
-- 20 Januari 1985 - Udinese vs Milan (1-1) "Kamu ingin bermain di mana, kiri atau kanan?" tanya Nils Liedholm, pelatih AC Milan saat itu di jeda pertandingan. "Anda yang putuskan," jawab Paolo yang saat itu masih berusia 16 tahun. Pelatih Swedia itu kemudian memposisikannya di kanan mengisi tempat Sergio Battistini dan lahirlah seorang legenda.

9. Pertama Untuk Italia
-- 14 Juni 1988 - Italia vs Spanyol (1-0) Paolo Maldini semakin menancapkan cakarnya di sepakbola dunia dengan menjadi salah satu pemain yang paling dikenal mulai tahun itu. Saat itu dia berusia 19 tahun dan sekaligus mengantar Italia menang atas Spanyol 1-0 berkat gol tunggal Gianluca Vialli.

8. Scudetto Pertama
-- 15 Mei 1988 - Como vs Milan (1-1) AC Milan meraih gelar scudetto pertama mereka sejak musim 1978/79. Sukses di tahun ini juga menjadi awal bagi Maldini mengoleksi gelar dan medali juara.

7. Hancurkan Barcelona
-- 18 Mei 1994 - Milan vs Barcelona (4-0) Setelah kalah di tahun sebelumnya, Milan berhasil tampil di final Piala Champions berturut-turut. Barcelona yang menjadi lawan mereka dibuat tak berdaya di partai itu, terutama di barisan depan karena keberadaan Maldini di posisi bek. Setelah meluluhlantakkan Barca 4-0, Milan pun mengangkat tropi juara.

6. Penakluk Duo Brasil
-- 17 Juli 1994 - Brasil vs Italia (3-2) Paolo Maldini nyaris saja memenangi tropi Piala Dunia pertamanya di tahun itu. Sayang Italia kalah lewat drama adu penalti. Namun yang membuatnya spesial adalah kemampuan Maldini menghentikan duo terbaik Brasil, Bebeto dan Romario di waktu normal.

5. Kuartet Tangguh Italia
-- 12 Februari 1997 - Inggris vs Italia (0-1) Di tahun ini terbentuk lini belakang Italia paling tangguh di eranya, yang kemudian dikenal sebagai pertahanan gerendel. Paolo Maldini menjadi pengendali lini belakang dibantu Ciro Ferrara, Alessandro Costacurta dan Fabio Cannavaro. Sampai saat ini, ketangguhan empat pemain Italia itu belum ada yang bisa mengalahkan.
4. Hanya Tiga Bek? Tak Masalah
-- 29 Juni 2000 - Belanda vs Italia (3-1) Di momen ini Paolo Maldini kembali membuktikan ketangguhannya memimpin lini belakang Italia. Di semifinal Piala Eropa 2000 melawan Belanda yang kental dengan total football-nya, Maldini bisa menahan gempuran lawan meski hanya ditemani dua koleganya, Cannavaro dan Nesta, setelah di menit 35 Gianluca Zambrotta diusir keluar. Hebatnya, Maldini cs lolos ujian itu dan akhirnya menang dan lolos ke final lewat drama adu penalti.

3. Catat Rekor
-- 7 Oktober 2000 - Italia vs Rumania (3-0) Laga kualifikasi Piala Dunia 2002 itu menjadi partai spesial bagi Paolo Maldini karena dia mencatat caps terbanyak dengan 113 laga untuk Italia. Kemenangan 3-0 menjadi hadiah lain yang diterima Maldini setelah sebelum laga juga mendapat penghargaan berupa tropi spesial yang diberikan langsung oleh Giovanni Trapattoni, Cesare Maldini, Arrigo Sacchi dan Dino Zoff.

2. Dua Gol Kemenangan
-- 2 Oktober 2005 - Milan vs Reggina (2-1) Ketika lini depan tidak produktif, Paolo Maldini membuktikan dirinya juga bisa diandalkan untuk membawa timnya menang. Dia mencetak dua gol lewat kaki dan kepalanya dan membawa Milan meraih tiga poin atas Reggina berkat kemenangan 2-1.

1. Liga Champions Terakhir
-- 23 Mei 2007 - Milan vs Liverpool (2-1) Maldini mengangkat tropi juara untuk kali kedua sebagai kapten AC Milan di usia 38 tahun setelah menundukkan Liverpool 2-1 di Athena.

(sumber : goal.com)

MALDINI berpisah Dengan ACMILAN !
MILAN - Hubungan antara Paolo Maldini dengan AC Milan akhirnya resmi berakhir hari ini dengan dilangsungkannya konferensi pers perpisahan bagi bek veteran tersebut.
Maldini yang total telah bermain sebanyak 901 kali bagi Rossoneri dalam rentang waktu 24 tahun terlihat sangat emosional kala mengucapkan terima kasih ke semua pihak yang terlibat dalam karirnya. "Saya akan selalu menjadi pendukung Milan. Saya selalu memberikan yang terbaik bagi klub ini dan saya rasa saya pantas mendapatkan semua yang saya raih bersama Milan," katanya seperti dikutip oleh Sky Sport Italia.
Walau acara tersebut murni mengenai Maldini, ia masih menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan mengenai laporan tawaran dari Pep Guardiola yang mengajaknya bergabung di Barcelona dan tentu saja mengenai transfer Kaka ke Real Madrid.
"Saya merasa terhormat mengenai apa yang diutarakan oleh Guardiola, tetapi saya pikir masa depan saya bukan berada di Barcelona." "Transfer Kaka menandakan akan adanya perubahan besar-besaran di Milan. Ia adalah pemain pertama dengan tingkat tinggi yang dijual oleh Milan. Pemain seperti itu dulunya tidak akan pernah dilepas oleh klub dan saya rasa penjualan ini adalah pukulan cukup besar bagi klub dan para suporternya."
"Ia adalah salah satu pemain terbaik di dunia dan saya rasa keputusannya sangat logis. Tantangannya sekarang ada di Milan untuk menjadi juara Liga Champions tanpa Kaka." Mengenai ban kapten yang ditinggalkannya di San Siro, Maldini merasa kalau Massimo Ambrosini mempunyai kualitas dan karakter untuk menjadi kapten berikutnya.
Sementara ia juga berpendapat kalau Andrea Pirlo akan tetap memilih bermain bagi Milan daripada pindah ke Chelsea. "Saya percaya Massimo akan menjadi kapten baru Milan, tetapi semuanya akan tergantung pada keputusan Leonardo."

TOTTI : Hormatilah Maldini !!!
ROMA - Il Capitano AS Roma Francesco Totti mengecam tindakan tidak terpuji sejumlah fans Milan saat bek legensdarisnya Paolo Maldini memainkan laga terakhirnya di San Siro. Menurutnya, tradisi cemoohan para fans yang tidak puas dengan kinerja tim atau pemain andalannya harus segera dimusnahkan.
Ya, Maldini memang mendapat kado buruk dalam penampilan terakhirnya di San Siro. Pemicunya tak lain, kekalahan 2-3 yang dialami Rossoneri atas AS Roma. Seusai laga, fans yang seharusnya memberikan standing applause justru mencemooh Milan beserta Maldini yang gagal mengamankan tiket lolos otomatis ke Liga Champions msuim depan. Menyikapi fenomena ini, Totti pun berang.
Ikon klub yang mencetak gol penentu kemenangan Giallorossi pada duel tersebut pun mengecam sikap para Milaanisti yang dianggapnya tidak menghormati seorang pemain legendaris. "Sikap seperti ini (cemoohan-red) yang selalu kita lihat di pentas Serie A, harus segera diubah! Kita seharusnya menghormati tim dan permain kesayangan kita.
Apa yang dialami Maldini pada laga Minggu lalu, merupakan wajah negatif sepakbola Italia yang terus berlanjut," keluh Totti sebagaimana dikutip Corriere dello Sport, Selasa (26/5/2009). "Bagi pemain kami (Roma), Paolo selalu menjadi panutan.
Apapun hasilnya, sejumlah kecil fans tak bisa menghakimi apa yang mereka lihat pada pertandingan Minggu, hari dimana seorang pemain yang telah bermain selama 900 pertandingan dan mengabdikan dirinya hanya kepada satu klub mengucapkan selamat tinggal pada Stadion kebanggaannya," lanjut striker 32 tahun itu. "Saya jelas tak mengerti dan kecewa melihat pemandangan ini.
Paolo pantas mendapat pujian darai seluruh pelaku sepakbola Italia, mulai dari suporter, direktur klub serta pelatih. Rekor yang ditorehkan Maldini pastinya bakal sulit dicapai pemain manapun di dunia," tutup pemain bertinggi badan 180 cm itu. Pada pekan terakhir Serie A, Minggu (31/5/2009), Milan akan bertandang ke markas Fiorentina di Artemio Franchi.
Di bagian stadion yang disebut Curva Fiesole (tempat berkumpulnya fans Milan), para Milanisti dikabarkan bakal menggelar pesta perpisahan terakhir kepada bek veteran 40 tahun itu dengan memasang banner besar serta menyanyikan lagu perpisahan sesaat setelah pertandingan usai.

ALASAN ULTRAS CULUN !
MILAN - Untuk kali terakhir Paolo Maldini memimpin AC Milan di San Siro saat menghadapi AS Roma, Minggu (24/5) malam. Namun, perayaan itu tercoreng ulah sebagian pendukung usai peluit akhir pertandingan.
Maldini melakukan lap of honour untuk memberikan ucapan selamat tinggal kepada fans yang sudah mendukungnya selama 24 tahun ini. Tapi, saat melalui Curva Sud, Maldini dapat membaca jelas spanduk yang bernada janggal. "Untuk kegemilangan karir 25 tahun Anda, terima kasih dari dalam hati dari para pendukung bayaran," tulis spanduk itu.
Para pendukung juga menyanyikan Franco Baresi sebagai "satu-satunya kapten Milan". Sikap tersebut dilatarbelakangi kekalahan Milan dari Liverpool di final Liga Champions 2005 saat Rossoneri kehilangan gelar meski sudah unggul 3-0 pada babak pertama. Sekelompok Ultras sudah menanti kepulangan tim di bandara Milan dan Maldini murka karena protes mereka sambil menyebutkan sumpah-serapah.
Selain itu, kelompok Ultras Curva Sud sebenarnya sudah menyiapkan koreografi khusus untuk menghormati Maldini, tapi klub memilih mengambil alih semua bentuk perayaan dan menolak permintaan tersebut. Wakil presiden Adriano Galliani kerap mengutuk keinginan Ultras untuk mencampuri kebijakan klub dan tak ada bedanya dengan kali ini.
Pimpinan Ultras, Giancarlo Capelli, dengan nama julukan "Baron", memberi alasan terjadinya insiden itu dalam program televisi Controcampo. "Itu bukan protes," ujarnya. "Kami hanya ingin menjelaskan apa yang kami pikirkan tentang komentar dan perilakunya beberapa musim lalu. Kami tidak memprotesnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar